Black box atau kotak hitam merupakan benda yang paling dicari saat terjadi kecelakaan pesawat seperti yang dialami oleh Lion Air JT 610. Pasalnya, benda inilah yang memuat data yang mampu mengungkap penyebab pesawat mengalami kecelakaan.
Black box sendiri terdiri dari dua alat terpisah, yakni Flight Data
Recorder (FDR), dan Cockpit Voice Recorder (CVR). Keberadaan black box
dalam pesawat merupakan hal yang wajib. Biasanya, benda ini disimpan di
ekor pesawat.
FDR dalam black box memuat data penerbangan, mulai dari kecepatan
udara, ketinggian pesawat, posisi kemudi, posisi roda, tekanan udara dan
lain sebagainya. Sedangkan CVR berisi rekaman percakapan pilot dan
co-pilot di kokpit.
Dengan teknologi yang didesain khusus, black box dapat digunakan
untuk membantu menganalisis penyebab kecelakaan pesawat. Alat ini
menjadi instrumen penting untuk mendapatkan informasi tentang data
pesawat yang mengudara.
Ada beberapa fakta menarik terkait dengan black box pesawat terbang yang perlu kamu ketahui. Dilansir brilio.net dari abc.net.au Kamis (1/11), berikut 9 fakta tentang black box, benda yang bisa ungkap penyebab kecelakaan pesawat.
1. Black box tidak berwarna hitam.
Meski disebut sebagai kotak hitam, black box ternyata tidak berwarna
hitam. Benda tersebut justru memiliki warna oranye yang cerah. Warna
oranye ini dipilih agar memudahkan pencarian black box saat pesawat
hancur dalam kecelakaan.
Selain itu, warna oranye yang dipilih untuk black box ini juga
merupakan warna yang biasa digunakan dalam dunia kedirgantaraan maupun
dunia teknik. Warna cerah yang mencolok ini diyakini akan mempermudah
tim evakuasi untuk menemukan kotak penting dalam pesawat ini.
2. Black box terdiri dari dua bagian.
Seperti yang sudah disebutkan di atas, black box memiliki dua bagian
alat yang terpisah. Alat tersebut yakni Flight Data Recorder (FDR) dan
Cockpit Voice Recorder (CVR).
Kedua alat ini dapat menampilkan data-data penerbangan. FDR akan
merekam kecepatan pesawat, ketinggian, tekanan dan lain sebagainya,
sedangkan CVR merekam seluruh percakapan pilot dan co-pilot di kokpit.
Oleh karena itu, keberadaan black box wajib bagi setiap penerbangan,
baik pesawat komersial maupun militer.
3. Black box diciptakan oleh orang Australia.
Black box merupakan sebuah alat canggih yang diciptakan oleh orang
Australia yaitu David Warren. Ide penciptaan ini didapatkannya setelah
sang ayah tewas dalam kecelakaan pesawat di tahun 1934.
Saat itu, David baru berusia 9 tahun. Di tahun 1950-an, David
berinisiatif untuk membuat sebuah alat yang dapat memuat data
penerbangan untuk memudahkan analisis terhadap penyebab kecelakaan
pesawat.
David menulis memo untuk Pusat Penelitian Aeronautika di Melbourne
dengan judul 'Alat untuk Mengetahui Investigasi Kecelakaan Pesawat',
kemudian memproduksi prototipe rekaman penerbangan yang disebut ARL
Flight Memori Unit.
Awalnya, ide ini tidak banyak mendapat perhatian. Hingga lima tahun
kemudian, black box pertama diproduksi di Inggris dan Amerika Serikat.
Sejak saat itu, black box wajib ada dalam setiap penerbangan.
4. Black box adalah sebutan media.
Istilah black box sebenarnya dimunculkan oleh media saat melaporkan
kecelakaan pesawat. Para ahli sendiri kerap menyebutnya sebagai
Electronic Flight Data Recorder. Ada berbagai alasan kenapa kotak ini
disebut sebagai black box, salah satunya karena bagian dalam alat ini
berwarna gelap.
5. Black box mampu merekam 2 jam percakapan di kokpit.
CVR dalam black box rupanya hanya mampu merekam 2 jam percakapan
pilot dan co-pilot di kokpit serta percakapan dengan Air Traffic Control
(ATC). Kapasitas ini sudah lebih baik daripada awal black box
diciptakan. Pada saat itu, perekam hanya mampu menampung 30 menit
percakapan. Kendati demikian, FDR mampu merekam hingga 25 jam data
penerbangan.
6. Daya tahan black box.
Teknologi dalam black box dilengkapi dengan ping locator yang mampu
memancarkan sinyal untuk memudahkan pencarian black box di bawah air.
Sinyal ini dipancarkan setiap detik selama 30 hari sebelum baterai
habis. Jika baterai black box habis, maka sinyal berhenti terpancar. Hal
ini akan menyulitkan tim pencari untuk menemukan black box.
7. Black box tidak bisa dihancurkan.
FDR dalam black box didesain dengan dua lapisan titanium atau baja
tahan karat. Hal ini dilakukan agar black box tidak mudah hancur
meskipun dihadapkan pada kondisi yang ekstrem.
Para ahli membuktikan ketahanan black box dengan mencoba
menghancurkannya di suhu 1.100 derajat celcius, menenggelamkannya dalam
air dengan kadar garam tinggi, hingga mencelupkannya ke dalam bahan
bakar pesawat.
8. Black box tidak sehebat ponsel.
Pasca tragedi pesawat Malaysia Airlines MH 370, para ahli mengatakan
sudah waktunya memperbarui metode perekaman data penerbangan. Pasalnya,
black box tidak bisa menampilkan data real time seperti pada ponsel.
Black box hanya difungsikan untuk menyimpan data penerbangan. Hal ini
juga dipengaruhi oleh bandwith yang dibutuhkan untuk menyalurkan data
besar dari pesawat belum memungkinkan untuk dilakukan.
9. Perkembangan baru alat perekaman.
Alat perekam dalam penerbangan ini, Flight Data Recorder (FDR) atau
Cockpit Voice Recorder (CVR), umumnya menggunakan pita perekam
selayaknya kaset pada tape recorder. Namun perkembangan baru, kini telah
digunakan FDR atapun CVR yang merekam menggunakan chip memory khusus.